LS_oRzls7b-AJGPe9dqhxLx3amY CERITA 104 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL | fun-ZoNe

Pages

Subscribe:
  • Angry Birds for Nokia C3

    Angry Birdy for Nokia C3... Coba permainan yang mengasyikkan ini... ^^

  • PES 2011 for Android

    Pada kesempatan kali ini, ijinkanlah saya untuk membagi salah satu game yang mungkin sangat tidak asing lagi bagi sobat blogger sekalian, yaitu PES 2011...

  • BATERAI BAGHDAD, BATERAI PERTAMA ATAU BUKAN?

    Pada tahun 1936, di desa Khuyut Rabbou’a dekat Baghdad, Irak beberapa akeolog yang melakukan penggalian disana menemukan sebuah artefak, yang diduga dibuat di Mesopotamia, pada masa Parthia atau Sassania yang berkembang antara tahun 250 SM hingga 224 SM.

  • PAPARAN MERKURI MELALUI KONSUMSI IKAN (KASUS TELUK MINAMATA)

    Peristiwa ini dimulai di Minamata, sebuah desa kecil yang menghadap ke laut Shiranui, provinsi Kumamoto, bagian selatan Jepang, dimana sebagian besar penduduknya hidup sebagai nelayan, dan merupakan pengkonsumsi ikan yang dukup tinggi, yaitu 286-460 gram per hari.

  • PES 2012 for Android

    Menyambut bulan februari ini, saya ingin sedikit share game android yang pastinya sudah tidak asing bagi para sahabat blogger, yaitu PES 2012.

  • Internet Download Manager 6.08 build 9

    Internet Download Manager, atau yang biasa disebut IDM, sudah mengeluarkan versi terbarunya, yaitu 6.08 build 9.

  • CERITA 104 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

    Sudah 104 tahun yang lalu, diawali keinginan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan, Dr. Sutomo, Gunawan, Suraji, dan para pelajar STOVIA (sekolah kedokteran di Jawa saat itu) mendirikan suatu organisasi modern pertama Indonesia, yang bernama Budi Utomo

Jumat, 11 Mei 2012

CERITA 104 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

Sudah 104 tahun yang lalu, diawali keinginan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan, Dr. Sutomo, Gunawan, Suraji, dan para pelajar STOVIA (sekolah kedokteran di Jawa saat itu) mendirikan suatu organisasi modern pertama Indonesia, yang bernama Budi Utomo, dengan harapan mewujudkan nusa dan bangsa yang harmonis dengan jalan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

Tetapi setelah 104 tahun kenangan indah itu berlalu, alih-alih melebihi harapan berdirinya organisasi tersebut, bangsa Indonesia justru terpuruk. Kebangkitan nasional yang seharusnya dimaknai dengan bangkitnya rasa persatuan dan nasionalisme rakyat Indonesia, keadaannya justru berbalik 180°. Rakyat Indonesia justru saling berebut kekuasaan, saling menjatuhkan untuk mendapatkan, dan pihak yang dijatuhkan memenuhi hasrat kekanak-kanakannya dengan cara membuat “organisasi tandingan” untuk berbalik menyerang lawan yang menjatuhkannya.
Entah kenapa, orang-orang hebat seperti para pendiri Budi Utomo, yang dulu dielu-elukan dan mendapat dukungan penuh, saat ini beberapa penerusnya malah “terbuang” dari negeri ini. Ironisnya, para “pahlawan yang terbuang” itu justru dihargai dan berjaya di negeri lain. Salah satu contoh adalah Sri Mulyani, mantan menteri keuangan yang terjerat kasus bailout Bank Century, saat ini justru menduduki posisi penting di bank dunia, setelah dihujat habis-habisan oleh sebagian petinggi negeri dan akhirnya melepaskan posisinya sebagai menteri keuangan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan, masih banyak “pahlawan-pahlawan terbuang” yang memilih hidup di luar negeri karena kurang dihargai oleh negerinya sendiri. Jadi, tidak heran jika beasiswa-beasiswa ke luar negeri justru menjadi “bom waktu” bagi Indonesia karena akhirnya orang-orang brilian tersebut malah berkontribusi untuk negeri lain.
Yah, hal-hal tersebut merupakan pencapaian yang buruk bagi sebuah Negara yang sudah 104 tahun bangkit, dan dipenuhi oleh manusia-manusia brilian yang sering memenangkan kejuaraan internasional, khususnya di bidang akademik. Tetapi pencapaian buruk bukanlah sebuah alasan untuk menyerah, justru sebagai cambukan semangat, bagaimana kita sebagai generasi pengisi kebangkitan nasional, dapat mengalahkan ego hanya untuk mendapatkan materi, dengan semangat kontrubusi untuk memajukan negeri. Jangan tanya apa yang sudah kita dapat dari Indonesia, tapi apa yang sudah kita lakukan untuk Indonesia.
Ayo kita buat generasi kita sebagai generasi Dr. Sutomo, dkk yang mampu mengubah negeri ini menjadi Negara yang lebih baik, tidak peduli saat ini kita jatuh, yang penting setiap saat kita maju. Seperti isi kata-kata mutiara dari Confucius, “Our greatest glory is not in never falling but in rising every time we fall.” 

Related Posts by Categories

0 comments: